Bahaya Gempa Bumi Megathrust yang Tinggal Menunggu Waktu

Bahaya Gempa Bumi Megathrust yang Tinggal Menunggu Waktu

Gempa bumi megathrust pada dasarnya pernah diungkapkan oleh BMKG pada tahun 2018 lalu dan waktu itu menimbulkan kehebohan di masyarakat. Setelah bencana yang dialami Jepang, berita ini kembali disampaikan.

Tidak bisa dipungkiri potensinya memang sangat besar, hanya saja masyarakat tidak perlu panik soal itu, karena apa yang disampaikan tidak jauh berbeda. Tujuan dari penyampaian tersebut sebagai upaya persiapan.

Apa Itu Gempa Bumi Megathrust?

Gempa bumi megathrust tinggal menunggu waktu diungkapkan oleh BMKG sebagai salah satu upaya meminimalkan potensi kerugian dan korban jiwa.

Seperti dijelaskan BMKG bencana alam ini hanya menunggu waktu saja. Kekuatannya memang sangat besar dan kuat bahkan bisa melebihi yang terjadi di Jepang beberapa waktu lalu.

Keadaan tersebut terjadinya di zona subduksi, di mana kawasan tersebut merupakan lempeng tektonik yang terdorong ke bagian bawah lempeng tektonik lainnya. Tekanan tersebut nantinya terakumulasi sehingga melepaskan diri secara tiba-tiba.

Begini Bahaya Gempa Bumi Megathrust

Gempa Megathrust ini memang cukup berbahaya, sehingga BMKG perlu memberitahukannya kepada seluruh masyarakat dan pemerintah agar bersiap karena kapan saja, bisa terjadi tanpa menunggu aba-aba.

Berita ini ditujukan bukan untuk peringatan dini, melainkan sebagai prosedur mitigasi dan berbagai upaya menyikapi fenomena tersebut. Berikut beberapa bahaya yang siap mengancam, bila bencana alam dahsyat ini benar-benar terjadi.

1. Tsunami

Gempa bumi megathrust nantinya berpotensi memicu terjadinya Tsunami. Jika masih ingat apa yang terjadi di Aceh silam, maka kekuatannya akan jauh lebih besar daripada itu, kondisi tersebut sangat berbahaya.

Kemungkinannya mampu merusak sekaligus menghancurkan kawasan pesisir, bahkan radius dan daya rusaknya semakin kuat serta meluas. Keadaan itu memicu berbagai macam kerusakan bahkan memakan korban cukup banyak.

Kondisi seperti ini menjadi salah satu bahan diskusi semua kalangan dan berbagai pihak. Setidaknya bagaimana caranya untuk meminimalkan jatuhnya korban agar angkanya tidak seperti di Aceh waktu lalu.

Karena akan terjadi di sebagian besar Indonesia khususnya Pulau Jawa, maka kelumpuhan pasti akan terjadi di berbagai tempat. Kemungkinan kecepatan dalam upaya penanganan juga perlu dipikirkan lebih lanjut.

Persiapan seperti inilah yang perlu dipikirkan sejak sekarang, bahkan bukan hanya pemerintah dan BMKG saja, semua pihak perlu bekerja sama untuk menanggulangi masalah tersebut, sehingga mendapatkan hasil terbaik.

Poin paling penting dalam penanganan tsunami adalah upaya penyelamatan para warga, sekaligus bagaimana caranya menyelamatkan harta yang mungkin dapat diselamatkan, agar tidak memunculkan kerugian terlalu besar.

2. Likuifaksi

Gempa bumi megathrust juga memunculkan risiko lain, bukan hanya tsunami saja melainkan Likuifaksi. Fenomena geologi ini nantinya akan terjadi di tanah yang mempunyai jenuh udara, serta pasir lepas.

Ketika kekuatannya hilang secara mendadak, nantinya perubahan akan langsung terjadi menjadi cairan lumpur. Karena kekuatan getarannya begitu hebat dan kuat, sehingga menyebabkan kerusakan bahkan skalanya sangat parah.

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan adanya retakan pada tanah, sehingga akan sulit melakukan evakuasi terlebih bila banyak korban tertimbun bangunan. Oleh karena itu, persiapan mitigasi harus segera diupayakan.

Proses pemetaan daerah mana saja yang berpotensi terkena likuifaksi perlu segera dilakukan. Dengan begini, tim evakuasi bisa segera membuat tempat baru sebagai upaya penanganan, sehingga meminimalkan korban.

Jika Anda belum paham bagaimana proses Likuifaksi ini, sekarang coba tarik kebelakang dan melihat kejadian gempa di Palu pada tahun 2018. Setidaknya seperti itulah kondisinya nanti, jika gempa ini terjadi.

3. Longsor

Gempa bumi megathrust dengan kekuatan tinggi memiliki getaran sangat kuat dan mampu mengguncang tanah. Kondisi tersebut memicu terjadi longsor di sejumlah tempat terutama kawasan pegunungan serta perbukitan.

Longsor bukan hanya membuat bangunan di sekitar menjadi rusak, melainkan mampu memutus akses jalan. Dengan begini para korban nantinya akan sulit dievakuasi dan pertolongan menjadi sangat lambat.

Salah satu alasan terjadinya bencana ini adalah kekuatan lereng yang tergerus, maka dari itu mitigasi yang dapat dilakukan saat ini adalah menguatkan kondisi dengan berbagai macam teknik.

Salah satunya adalah membangun kawasan terasering atau menanam vegetasi. Pembangunan yang sekarang kerap terjadi di kawasan pegunungan seharusnya mulai dikurangi, agar korban jiwa dapat diminimalkan nantinya.

Bila melihat beberapa wilayah di Indonesia hampir seluruh kawasan mungkin bisa mengalaminya, bukan hanya di Jawa saja. Maka dari itu, perlu adanya upaya sejak sekarang sehingga saat terjadi tidak panik.

4. Berbagai Kerusakan Terjadi

Gempa bumi megathrust juga menyebabkan berbagai macam kerugian, karena berbagai bangunan kemungkinan mengalami kerusakan, terutama gedung tinggi. Maka dari itu, perlu ada upaya untuk mengganti sistem bangunan.

Pastikan menggunakan berbagai bahan anti gempa, sehingga mampu meminimalkan risiko kerusakan. Walau begitu, semua pihak juga harus mempersiapkan beberapa kemungkinan, andai saja getaran terjadi sangat kuat.

Perkiraannya dari BMKG adalah 8 sampai dengan 9 skala richter. Kekuatan tersebut dalam beberapa detik saja mampu memporak-porandakan satu kota, dan membuat kerugian sangat besar bisa terjadi.

Gempa bumi megathrust di Indonesia memang akan terjadi, pengumuman tersebut bukan bermaksud menakuti atau peringatan dini, melainkan untuk melakukan upaya mitigasi agar tidak menimbulkan kerugian serta korban besar.

Related Posts